Selasa, 25 Desember 2012

BIMBINGAN DAN KONSELING


PSIKOLOGI  DAN PENERAPANNYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Asesmen psikologi memiliki rentang cakupan yang sangat luas. Dalam asesmen psikologi mengintegrasi informasi dari berbagai sumber. Asesmen membantu seseorang dalam mendapatkan gambaran tentang karakteristik potensi kerja dari segi kemampuan dan dari segi kesanggupan dirinya, dalam bentuk kegiatan seperti seleksi penempatan, atau review pontensi untuk pengembangan diri.
Asesmen psikologi dilakukan dengan menggunakan metode dan teknik yang bervariasi seperti ragam tes psikologi. Awalnya, fungsi tes psikologi adalah untuk mengukur perbedaan-perbedaan antara individu atau antara reaksi individu yang sama dalam situasi yang berbeda. Asesmen psikologi merupakan tahapan yang paling penting sebelum intervensi psikologi dilakukan.
Konseling dalam psikologi membantu organisasi atau perorangan yang ingin menemukan jalan keluar dari masalah-masalah karir yang berhubungan dengan kesulitan-kesulitan dalam menghadapi pekerjaan.
Kehidupan manusia merupakan sumber dari kegiatan konseling. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia didalam kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Manusia tidak saSma satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampunnya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi  persoalan bila tidak dibantu orang lain.
Hubungan konseling timbul dari adanya interaksi antaran dua orang individu, yang seorang adalah petugas yang terlatih, dan yang lain adalah orang yang memerlukan bantuan. Konseling merupakan wawancara dimana klien ditolong untuk lebih jelas dirinya sendiri, untuk dapat memperbaiki kesulitan yang berhubungan dengan lingkungan atau untuk dapat memperbaiki kesukaran penyesuaian.
Komunikasi merupakan proses yang rumit dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung terlaksananya konseling dimulai dari komunikasi sebagai sasaran khalayak, media, pesan dan komunikator. Sehubungan dengan kegiatan bimbingan dan konseling kepada konseli maka untuk efektifnya proses konseling dari seorang konselor harus memperhatikan faktor-faktor pendukung efektifnya komunikasi.
Konselor dalam layanan bimbingan dan konseling sebagai pendengar, yang baik memakai seni tersendiri untuk mampu mendengarkan dan pada saat-saat yang diperlukan dan dengan reaksi yang tepat konselor melakukan sesuatu yang lebih aktif upaya memahami klien seringkali diperlukan agar apa yang akan dilakukan terhadap klien dalam rangka memberi bantuan dapat mencapai hasil efisien dan efektif.
Secara teoritis fungsi bimbimbingan dan konseling secara umum adalah sebagai fasilitator dan motivator klien dalam upaya mengatasi dan memecahkan masalah kehidupan klien dengan kemampuan yang ada pada diri sendiri. Fungsi ini dapat dijabarkan dalam tugas kegiatan yang bersifat preventif (pencegahan) terhadap segala macam gangguan mental, spritual dan enviromental (lingkungan) yang menghambat, mengancam atau yang menantang proses perkembangan kehidupan klien juga dijabarkan dalam kegiatan pelayanan yang bersifat represif (kuratif atau penyembuhan) terhadap segala bentuk penyakit mental dan spritual atau fisikal klien dengan cara melakukan referal (pelimpahan) kepada para ahlinya.
 Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan itu sulit diprediksi, atau diluar jangkauan kemampuan maka akan melahirkan kesenjangan perilaku konseli, seperti terjadinya perkembangan, masalah-masalah atau penyimpangan perilaku.
Iklim lingkungan yang kurang sehat membuat perilaku mahasiswa dan yang lainnya sangat memprihatinkan, dimana kita dapat melihat dari tahun-tahun sebelumnya banyak perilaku-perilaku yang menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang mulia), seperti perkelahian antar mahasiswa. Akibatnya, proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung dihentikan serta seluruh aktifitas perkuliahan dihentikan.
Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan seperti di atas, adalah mengembangkan potensi konseling dan memfasilitas mereka secara sistematis dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara produktif dan berbasis data tentang perkembangan konseling beserta berbagai faktor yang mempengaruhinya.
1.       Definisi dalam Konseling

Mencermati dinamika konseling dewasa ini, definisi konseling dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu definisi konvensional dan definisi modern. Definisi konseling konvensional lebih bercirikan bahwa pelayanan konseling tidak menggunakan teknologi informatika, sedangkan definisi konseling modern bercirikan suatu pelayanan konseling menggunakan teknologi informatika.

  1. Definisi Konseling Konvensional

Secara konvensional, konseling didefinisikan sebagai pelayanan professional (professional service) yang diberikan oleh konselor kepada klien secara tatap muka (face to face) agar klien dapat mengembangkan perilakunya kea rah lebih maju (progressive). Pelayanan konseling berfungsi kuratif (curative) dalam arti penyembuhan dimana klien adalah individu yang mengalami masalah, dan setelah memperoleh layanan konseling, ia diharapkan secara bertahap dapat memahami masalahnya (problem understanding) dan memecahkan masalahnya (problem solving).

  1. Definisi Konseling Modern

Definisi konseling modern merupakan hasil perkembangan konseling dalam abad teknologi, sehingga proses konseling dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, khususnya teknologi informatika. Konseling adalah profesi bantuan (helping profession) yang diberikan oleh konselor kepada klien atau kelompok klien, dimana konselor dapat menggunakan teknologi sebagai media untuk memfasilitasi proses perkembangan klien atau kelompok klien sesuai dengan kekuatan, kemampuan potensial dan actual serta peluang-peluang yang dimiliki, dan membantu mereka dalam mengatasi segala permasalahan dalam perkembangan dirinya.

Konseling tidak hanya diberikan secara tatap muka (face to face) untuk menjalankan fungsi penyembuhan (curative), artinya bias tidak secara tatap muka karena menggunakan teknologi informatika seperti internet, sehingga konseling bias diberikan konselor kepada klien secara berjauhan tanpa membatasi lokasi dan waktu untuk menjalankan berbagai fungsi pelayanan konseling diantaranya penyembuhan (curative).

Menurut Jones (1995:2) konseling didefinisikan sebagai hubungan bantuan yang bersifat pribadi (as a special kind of helping relationship), sebagai bentuk intervensi (as a repertoire of interventions), dan sebagai proses psikologis (as a psychological process) untuk mencapai tujuan.
  1. Tujuan Konseling
Secara umum tujuan konseling adalah agar klien dapat mengubah perilakunya ke arah yang lebih maju (progressive behavior changed), melalui terlaksananya tugas-tugas perkembangan secara optimal, kemandirian dan kebahagiaan hidup. Secara khusus tujuan konseling tergantung dari masalah yang dihadapi oleh masing-masing klien.
Jones (1995:3) menyatakan setiap konselor dapat merumuskan tujuan konseling yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing klien. Sebagai contoh tujuan konseling adalah agar klien dapat memecahkan masalahnya saat ini, menghilangkan emosinya yang negatif, mampu beradaptasi, dapat membuat keputusan, mampu mengelola krisis, dan memiliki kecakapan hidup (lifeskill).

3.      Prinsip-prinsip Pelayanan Konseling
Dalam pelayanan konseling, prinsip adalah kaidah atau ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan oleh konselor dalam memberikan pelayanan konseling kepada klien. Prayitno, dkk (1997:27-30) menyatakan bahwa prinsip-prinsip pelayanan bimbingan dan konseling mencakup empat kelompok yaitu: (1) prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran pelayanan; (2) prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan klien; (3) prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan; (4) prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan.
4.      Asas-asas Pelayanan Konseling
Pelayanan konseling adalah pekerjaan professional yang diberikan oleh konselor kepada klien dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip dan asas-asas pelayanan konseling. Asas-asas pelayanan konseling merupakan suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam menjalankan pelayanan konseling. Asas-asas tersebut mengacu pada asas-asas Bimbingan dan Konseling yaitu: asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tut wuri handayani (Prayitno, 1999:115).
Menurut Winkell (1989:301-302), pelayanan seorang konselor terhadap konseli yang bercorak membantu dan dibantu (helping relationship), yang berlangsung secara formal dan dikelola secara professional, kiranya harus memperhatikan berbagai asas-asas yang harus dipahami bersama, yaitu:
  1. Bermakna, baik untuk konselor maupun konseli karena kedua belah pihak melibatkan diri sepenuhnya.
  1. Mengandung unsur kognitif dan afektif karena konselor dan konseli berpikir bersama, serta alam perasaan konseli sepenuhnya diakui ikut dihayati konselor.
  1. Berdasarkan sikap saling percaya dan saling terbuka. Kedua partisipan saling mengandalkan sebagai pribadi yang berkehendak baik.
  1. Berlangsung atas dasar saling memberikan persetujuan, dalam arti konseli member persetujuan terjadinya komunikasi secara sukarela dan konselor menerima dengan rela permintaan untuk memberikan bantuan profesional.
  1. Terdapat suatu kebutuhan di pihak konseli, yang diharapkan dapat terpenuhi melalui wawancara konseling. Di pihak konselor kebutuhan itu disadari dan diakui termasuk lingkup keahliannya sehingga konselor berusaha memenuhinya.
  1. Terdapat komunikasi dua arah, dalam arti konselor dan konseli saling menyampaikan pesan atau saling mengirimkan berita, baik melalui saluran verbal amaupun nonverbal. Pesan tersebut saling ditanggapi.
  1. Mengandung strukturalisasi, dalam arti komunikasi tidak berlangsung apa adanya, seperti lazimnya komunikasi social nonprofesional.
  2. Berasaskan kerelaaan dan usaha untuk bekerja sama agar tujuan yang disepakati bersama tercapai.
  1. Mengarah pada suatu perubahan pada diri konseli. Perubahan itu adalah tujuan yang hendak dicapai bersama.
  1. Terdapat jaminan bahwa kedua partisipan merasa aman, dalam arti konseli dapat yakin akan ketulusan konselor dalam membantunya sehingga keterbukaan konseli tidak akan disalahgunakan oleh konselor.
5.      Syarat-syarat Konseling
Untuk mengadakan proses konseling, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak, yaitu dari sisi guru sebagai konselor dan siswa sebagai konseli. Menurut Winkell (1989:87-88), beberapa syarat yang dimaksud adalah sebagai berikut:



  1. Di pihak konselor
  1. Tiga sikap pokok, yaitu menerima (acceptance), memahami (understanding), dan sikap bertindak dan berkata jujur. Sikap menerima berarti pihak konselor menerima siswa sebagaimana adanya dan tidak segera mengadili siswa karena kebenaran dan pendapatnya / perasaannya / perbuatannya. Sikap memahami berkaitan dengan tuntutan seorang konselor agar berusaha dengan sekuat tenaga menangkap dengan jelas dan lengkap hal-hal yang sedang diungkapkan oleh siswa, baik dalam bentuk kata-kata maupun tindakan. Sedangkan sikap bertindak dan berkata secara jujur berarti bahwa seorang konselor tidak berpura-pura sehingga siswa semakin percaya dan mantap ketika sedang berhadapan dengan konselor.
  2. Kepekaan terhadap apa yang ada di balik kata-kata yang diungkapkan konseli. Kepekaan yang dibangun oleh konselor sekolah akan membantu dalam proses konseling karena konselor akan mendapatkan banyak data yang mungkin secara verbal maupun nonverbal diungkapkan oleh konseli
  1. Kemampuan dalam hal komunikasi yang tepat (rapport). Hal ini berarti konselor mampu menyatakan pemahamannya terhadap hal-hal yang diungkapkan konseli.
  1. Memiliki kesehatan jasmani dan mental yang sehat.
  1. Wajib menaati kode etik jabatan sesuai dengan yang telah disusun dalam Konvensi Nasional Bimbingan I.

PERAN DAN DETERMINAN PEMASARAN SOSIAL TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT



PEMASARAN
Banyak dari masyarakat yang masih salah dalam mendefinisikan pemasaran. Masyarakat umum masih mengartikan pemasaran hanya sebagai penjualan, pembelian dan harga.  Pemasaran berasal dari kata marketing, dan pemasaran asal katanya adalah pasar yang berarti market, sedangkan yang bisa dipasarkan adalah berupa produk (barang) atau jasa. Memasarkan barang tidak hanya sekedar menawarkan atau menjual saja, tetapi di dalamnya terdapat beberapa kegiatan yang mencakup penjualan pembelian, dengan berbagai cara, menetapkan harga dan lain sebagainya.

Dibawah ini pengertian dari beberapa ahli pemasaran :
1.      William J Stanton
Pemasaran adalah keseluruhan intern yang berhubungan dengan kegiatan – kegiatan usaha yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli baik pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
2.      Philip dan Duncan
Pemasaran meliputi semua langkah yang digunakan atau diperlukan untuk menempatkan barang – barang berwujud pada konsumen.
3.      American Marketing Association
Pemasaran meliputi pelaksanaan kegiatan usaha niaga yang diarahkan pada aliran barang dan jasa dari produsen dan konsumen.

 Unsur Pokok dalam kegiatan pemasaran adalah:
1.      Pemasar
Pemasar adalah organisasi atau perorangan yang mempunyai tujuan tertentu bagi organisasi maupun pribadinya. Tujuan pemasar tersebut misalnya keuntungan, survive, kesetiaan pelanggan, kesejahteraan dan sebagainya yang harus dipenuhi.
Pemasar dapat merupakan:
  1. Produsen ( umumnya berorientasi pada keuntungan )
  2. Organisasi ( belum tentu berorientasi pada keuntungan )
  3. Pemerintah ( berorientasi pada kesejahteraan rakyat )
  4. Barang dan Jasa
Produsen menawarkan barang dan jasa untuk pemenuhan kebutuhan dan keinginan kensumen.

2.      Pasar
Pasar adalah konsumen pribadi atau organisasi perusahaan yang mempunyai kebutuhan dan keinginan berwujud sebagai permintaan terhadap barang atau jasa. Pada umumnya, tujuan dari konsumen pribadi adalah pemenuhan dari kepuasan kebutuhan dan keinginannya. Sedangkan tujuan pasar organisasi perusahaan adalah keuntungan atau yang lain. Pasar mempunyai kapasitas pertukaran ( daya beli ) untuk bisa memperoleh barang yang diminta. Daya beli adalah kemampuan pasar untuk mendapatkan barang yang diperlukan. Daya beli dapat berwujud penguasaan uang, barang yang bernilai untuk ditukarkan ataupun kepercayaan orang lain bahwa mereka mampu membayar.

 PEMASARAN SOSIAL DI BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT
Pemasaran sosial, penggunaan teknik pemasaran untuk memperkenalkan atau mengadakan perubahan sosial.  Seiring dengan perubahan kebijakan pembangunan kesehatan di Indonesia, pemasaran sosial ( social marketing ) telah banyak dipergunakan dalam berbagai keperluan program kesehatan, yang merupakan salah satu bentuk operasional dari komunikasi kesehatan. Sebagai contoh program keluarga berencana.
Pemasaran Sosial merupakan bagian dari bidang studi komunikasi. Salah satu definisi  komunikasi yang relevan dengan bahasan ini adalah seperti yang dikemukakan Arnold dan Hirsch : Suatu proses penyampaian pesan yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku penerima pesan. Pengertian yang paling sederhana mengenai pemasaran sosial adalah penggunaan prinsip-prinsip dan teknik pemasaran untuk menyampaikan ide atau perilaku tertentu. Philip Kotler (2005), menyatakan bahwa pemasaran sosial adalah suatu proses untuk membuat rancangan, implementasi dan pengawasan program yang bertujuan meningkatkan penerimaan gagasan sosial atau perilaku pada kelompok sasaran. Pemasaran dalam konteks promosi kesehatan adalah ketrampilan manajemen dalam hal mengidentifikasi kesempatan – kesempatan untuk memenuhi permintaan konsumen atau klien sehingga memberikan perlindungan maksimal dan atau perbaikan dalam kesehatan mereka ( Ewles dan Simnett, 1994 ). Kegiatan pemasaran sosial tidak berbeda dengan pemasaran komersial dalam hal penggunaan teknik analisis yang meliputi riset pasar (marketing research ), pengembangan produk, penentuan harga ( keterjangkauan ) dan periklanan serta promosi.
Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara pemasaran komersial dengan pemasaran sosial:
  1. Penggunaan produk sosial sering kali lebih rumit
  2. Produk sosial lebih kontroversial
  3. Keuntungan produk sosial tidak dapat dirasakan dengan cepat hasilnya

Pusat kegiatan pada pemasaran sosial adalah konsumen atau masyarakat, atau pemasaran sosial berorientasi pada konsumen, bukan pada perusahaan seperti pada pemasaran komersial. Hal ini berarti bahwa tingkat keberhasilan kegiatan pemasaran sosial ditentukan berdasarkan ukuran konsumen atau masyarakat.
Konsumen sebagai tolak ukur mempunyai empat unsur yaitu produk, harga, tempat dan promosi. Ke empat unsur tersebut harus dikembangkan dan dikelola secara terpadu sebagai kesatuan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Keterpaduan unsur – unsur tersebut dikenal sebagai bauran unsur atau marketing mix.
Contoh Kasus Pemasaran Sosial dalam Kesehatan Masyarakat mengenai PHBS (Perilaku Hidup bersih dan Sehat )
Analisis:
1.      Lingkungan
         Kondisi lingkungan kurang bersih
         kondisi pemukiman rawan banjir dan padat
         Tidak ada sarana air bersih
         Perilaku Konsumen
         a.       Budaya masyarakat membuang sampah ke sungai
         b.      Kebiasaan membuang kotoran tidak di jamban
         c.       Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
       d.      Target
2.      Anak usia sekolah
 Taktik dan marketing mix
1.      Produk
Kampanye cuci tangan menggunakan sabun dan penggunaan oralit yang benar
2.      Place
Sekolah Dasar, Posyandu, Kegiatan PKK
3.      Price
Pembelian produk pada pihak sponsor dan dinas kesehatan
4.      Promotion
Melalui media cetak seperti leaflet, brosur dan elektronik seperti radio dan televisi.
1.     Partnership
Bermitra dengan pihak sekolah (Departeman Pendidikan, Departemen Agama), Instansi setempat (misalnya: kelurahan, kecamatan) dan Dinas Kesehatan.
2.     Policy
Kebijakan merupakan hal yang memperkuat produk. Berupa kebijakan antara lain:
    1. Sekolah untuk mewajibkan anak didiknya untuk membeli jajanan yang hiegienis dan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.
    2. Pihak sekolah meminta komite sekolah menganggarkan dana untuk pembuatan saran/tempat cuci tangan di sekolah.
3.      Kebijakan kelurahan maupun kecamatan untuk menginstruksikan ketua PKK untuk memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penggunaan oralit di dalam kegiatannya.
    1. Organisasi dan pelaksanaan

Pelaksanaannya dengan memberdayakan masyarakat dengan didukung oleh sponsor produk.
Berdasarkan tulisan diatas terdapat komponen tambahan lain yaitu, kemitraan, kebijakan dan sumber dana. Kemitraan mengacu pada makna penting kerja sama dengan organisasi lain untuk menangani masalah yang begitu rumit sehingga organisasi tidak perlu sendirian menghadapinya. Kebijakan mengacu pada kebutuhan untuk menghadapi perubahan lingkungan dan kontekstual yang terjadi seperti perubahan perundangan dan kebijakan masyarakat, yang harus mendukung perubahan perilaku. Sumber dana mencakup berbagai jenis sponsor, misal yayasan, pemerintah, sponsor swasta yang diperlukan untuk mendukung upaya pemasaran sosial.

SUMBER

Rabu, 28 November 2012

aku hartati, mahasiswi kesehatan masyarakat  universitas haluoleo kendari angkatan 2010